Selasa, 07 Juni 2016

khalifah dalam hadits-hadits nabi



Khilafah adalah kepemimpinan terhadap kaum Muslimin di seluruh dunia, yang akan mengatur urusan mereka, baik dalam ranah agama maupun dunia, sebagai pengganti dan penerus (khilafah) kepemimpinan Nabi SAW. Dalam beberapa hadits Rasulullah SAW telah mengisyaratkan tentang kepemimpinan khilafah setelah beliau wafat.

Antara lain adalah hadits berikut ini:

 عَنْ أَبِي حَازِمٍ قَالَ قَاعَدْتُ أَبَا هُرَيْرَةَ    خَمْسَ سِنِينَ فَسَمِعْتُهُ يُحَدِّثُ عَنْ النَّبِيِّ قَالَ كَانَتْ بَنُو إِسْرَائِيلَ تَسُوسُهُمْ اْلأَنْبِيَاءُ كُلَّمَا هَلَكَ نَبِيٌّ خَلَفَهُ نَبِيٌّ وَإِنَّهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدِي وَسَتَكُونُ خُلَفَاءُ تَكْثُرُ قَالُوا فَمَا تَأْمُرُنَا قَالَ فُوا بِبَيْعَةِ اْلأَوَّلِ فَاْلأَوَّلِ وَأَعْطُوهُمْ حَقَّهُمْ فَإِنَّ اللهَ سَائِلُهُمْ عَمَّا اسْتَرْعَاهُمْ

Abu Hazim berkata: "Aku belajar kepada Abu Hurairah selama lima tahun. Aku pernah mendengarnya menyampaikan hadits dari Nabi SAW yang bersabda: "Kaum Bani Israil selalu dipimpin oleh para nabi. Setiap ada nabi meninggal, maka akan diganti oleh nabi berikutnya. Sesungguhnya tidak ada nabi sesudahku. Dan akan ada para khalifah yang banyak." Mereka bertanya: "Apakah perintahmu kepada kami?" Beliau menjawab: "Penuhilah dengan membai'at yang pertama, lalu yang pertama. Penuhilah kewajiban kalian terhadap mereka, karena sesungguhnya Allah akan menanyakan mereka tentang apa yang menjadi tanggung jawab mereka."

Menurut al-Imam al-Nawawi, hadits di atas termasuk mukjizat yang jelas bagi Nabi SAW, dimana beliau mengabarkan tentang banyaknya para khalifah yang akan memimpin umatnya sesudahnya. Kenyataannya, sesudah beliau wafat, umat Islam memang dipimpin oleh para khalifah.

Di sisi lain Rasulullah SAW juga mengabarkan tentang masa khilafah al-nubuwwah (khilafah yang konsisten dengan ajaran-ajaran Nabi SAW), sesudahnya yang hanya akan berjalan selama tiga puluh tahun. Dalam hadits lain Rasulullah SAW bersabda:

عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُمْهَانَ قَالَ حدثني سَفِينَةُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ J الْخِلاَفَةُ فِي أُمَّتِي ثَلاَثُونَ سَنَةً ثُمَّ مُلْكٌ بَعْدَ ذَلِكَ ثُمَّ قَالَ لِي سَفِينَةُ أَمْسِكْ خِلاَفَةَ أَبِي بَكْرٍ ثُمَّ قَالَ وَخِلاَفَةَ عُمَرَ وَخِلاَفَةَ عُثْمَانَ ثُمَّ قَالَ لِي أَمْسِكْ خِلاَفَةَ عَلِيٍّ قَالَ فَوَجَدْنَاهَا ثَلاَثِينَ سَنَةً قَالَ سَعِيدٌ فَقُلْتُ لَهُ إِنَّ بَنِي أُمَيَّةَ يَزْعُمُونَ أَنَّ الْخِلاَفَةَ فِيهِمْ قَالَ كَذَبُوا بَنُو الزَّرْقَاءِ بَلْ هُمْ مُلُوكٌ مِنْ شَرِّ الْمُلُوكِ.
Sa'id bin Jumhan berkata: "Safinah menyampaikan hadits kepadaku, bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Pemerintahan Khilafah pada umatku selama tiga puluh tahun, kemudian setelah itu dipimpin oleh pemerintahan kerajaan." Lalu Safinah berkata kepadaku: "Hitunglah masa kekhilafahan Abu Bakar (2 tahun), Umar (10 tahun) dan Utsman (12 tahun)." Safinah berkata lagi kepadaku: "Tambahkan dengan masa khilafahnya Ali (6 tahun). Ternyata semuanya tiga puluh tahun." Sa'id berkata: "Aku berkata kepada Safinah: "Sesungguhnya Bani Umayah berasumsi bahwa khilafah ada pada mereka." Safinah menjawab: "Mereka (Bani Umayah) telah berbohong. Justru mereka adalah para raja, yang tergolong seburuk-buruk para raja." 

Hadits di atas menjelaskan dengan sangat gamblang bahwa kepemimpinan khilafah yang mengatur roda pemerintahan umat sesuai dengan ajaran kenabian (khilafah al-nubuwwah), hanya berjalan selama tiga puluh tahun, yaitu masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali. Sebagian ulama ada yang memasukkan masa pemerintahasan Sayidina Hasan bin Ali ke dalam khilafah al-nubuwwah ini, karena masa kekuasaan beliau melengkapi masa tiga puluh tahun tersebut. Sementara para khalifah sesudah mereka, meskipun menyandang gelar khalifah dan Amirul Mukminin, adalah para raja yang mengatur roda pemerintahan tidak mengikuti ajaran kenabian, yaitu sejak dari khilafah Bani Umayah, Bani Abbasiyah dan Bani Utsman. Hal ini juga dipertegas oleh hadits berikut ini: Bani Umayah, Bani Abbasiyah dan Bani Utsman. Hal ini juga dipertegas oleh hadits berikut ini:

عَنْ أَبِيْ عُبَيْدَةَ بْنِ الْجَرَّاحِ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ J: " إِنَّ أَوَّلَ دِيْنِكُمْ بَدَأَ نُبُوَّةً وَرَحْمَةً ثُمَّ يَكُوْنُ خِلاَفَةً وَرَحْمَةً ثُمَّ يَكُوْنُ مُلْكاً وَجَبَرِيَّةً ".
Abu Ubaidah bin al-Jarrah berkata: "Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya permulaan agama kalian dimulai dengan kenabian dan kerahmatan, kemudian dilanjutkan oleh khilafah dan kerahmatan, kemudian dilanjutkan oleh kerajaan dan pemaksaan."

Dalam hadits lain, Rasulullah SAW juga menyampaikan bahwa umat Islam ini akan kokoh dalam persatuan selama dipimpin oleh dua belas orang khalifah. Dalam hal ini Rasulullah SAW bersabda:

عَنْ جَابِرِ بْنِ سَمُرَةَ قَالَ سمعت النَّبِيَّ J يَقُولُ إِنَّ هَذَا اْلأَمْرَ لاَ يَنْقَضِي حَتَّى يَمْضِيَ فِيهِمْ اثْنَا عَشَرَ خَلِيفَةً كُلُّهُمْ مِنْ قُرَيْشٍ.
Jabir bin Samurah berkata: "Aku mendengar Nabi SAW bersabda: "Sesungguhnya agama ini tidak akan punah kekuatannya sehingga dilalui oleh dua belas orang khalifah yang kesemuanya dari suku Quraisy."

Menurut al-Imam al-Qadhi 'Iyadh, maksud hadits di atas adalah bahwa umat Islam akan berada pada masa kejayaan khilafah, kekuatan Islam, semua urusan mereka istiqamah dan mereka bersatu di bawah komando seorang pemimpin selama dipimpin oleh dua belas orang khalifah. Pendapat al-Qadhi 'Iyadh di atas diperkuat oleh al-Hafizh Ibn Hajar al-'Asqalani dalam Syarh al-Bukhari. Menurut al-Hafizh Ibn Hajar, persatuan umat Islam di bawah satu komando seorang khalifah benar-benar terjadi pada masa-masa pemerintahan (1) Abu Bakar, (2) Umar, (3) Utsman dan (4) Ali sampai terjadinya arbitrase (tahkim) pasca perang Shiffin, sehingga sesudah itu Mu'awiyah juga mengklaim dirinya sebagai khalifah. Kemudian sesudah itu umat Islam bersatu di bawah komando (5) Mu'awiyah, sesudah perdamaian antara Sayyidina Hasan dengannya. Kemudian umat Islam bersatu di bawah komando (6) Yazid bin Mu'awiyah. Kemudian setelah Yazid bin Mu'awiyah meninggal, umat Islam bersatu lagi di bawah komando (7) Abdul Malik bin Marwan setelah terbunuhnya Abdullah bin al-Zubair. Kemudian umat Islam bersatu di bawah komando empat anak Abdul Malik bin Marwan, yaitu (8) al-Walid, (9) Sulaiman, (11) Yazid dan (12) Hisyam bin Abdul Malik. Sementara (10) Umar bin Abdul Aziz menyelahi antara Sulaiman dan Yazid. Setelah Hisyam bin Abdul Malik meninggal, umat Islam membai'at al-Walid bin Yazid bin Abdul Malik, namun kemudian mereka membunuhnya, dan setelah itu kekacauan terjadi di mana-mana dan umat Islam tidak pernah lagi bersatu di bawah satu komando seorang khalifah hingga masa-masa sesudahnya. Semangat Hizbut Tahrir dalam memperjuangkan tegaknya khilafah, juga didasarkan atas bisyarah nabawiyyah (kabar gembira dari Nabi SAW) yang diasumsikan menjanjikan kembalinya khilafah al-nubuwwah kepada umat Islam.

Bisyarah tersebut terdapat dalam hadits berikut ini:

عَنِ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيْرٍ أَنَّهُ كَانَ مَعَ أَبِيْهِ بَشِيْرِ بْنِ سَعْدٍ، فِي الْمَسْجِدِ فَجَاءَ أَبُوْ ثَعْلَبَةَ الْخُشَنِيُّ، فَقَالَ لَهُ: يَا بَشِيْرُ، أَتَحْفَظُ خُطْبَةَ رَسُوْلِ اللهِ J فِي الْخُلَفَاءِ؟، فَقَالَ: لاَ، فَقَالَ حُذَيْفَةُ بْنِ الْيَمَانِ: وَهُوَ قَاعِدٌ، أَنَا أَحْفَظُهَا، فَقَعَدَ إِلَيْهِمْ أَبُوْ ثَعْلَبَةَ، فَقَالَ حُذَيْفَةُ: إِنَّ النَّبِيَّ J قَالَ: تَكُوْنُ النُّبُوَّةُ فِيْكُمْ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ تَكُوْنَ، ثُمَّ يَرْفَعُهَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى إِذَا شَاءَ، ثُمَّ تَكُوْنُ الْخِلاَفَةُ عَلىَ مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ فَتَكُوْنُ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ تَكُوْنَ، ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا، ثُمَّ يَكُوْنُ مُلْكًا عَاضًّا فَتَكُوْنُ مُلْكًا مَا شَاءَ اللهُ، ثُمَّ يَرْفَعُهُ إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهُ ثُمَّ تَكُوْنُ مُلْكًا جَبْرِيَّةً، ثُمَّ تَكُوْنُ خِلاَفَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ ، ثُمَّ سَكَتَ.
Al-Nu'man bin Basyir berkata, bahwa ia bersama ayahnya Basyir bin Sa'ad di Masjid, lalu Abu Tsa'labah al-Khusyani datang dan berkata: "Wahai Basyir, apakah kamu hafal pidato Rasulullah SAW tentang para khalifah?" Ayahku menjawab: "Tidak." Lalu Hudzaifah bin al-Yaman yang sedang duduk-duduk berkata: "Aku menghafalnya." Lalu Abu Tsa'labah menghampirinya. Lalu Hudzaifah berkata: "Sesungguhnya Nabi SAW bersabda: "Kenabian akan menyertai kalian selama Allah menghendakinya, kemudian Allah SWT mengangkat kenabian itu bila menghendakinya. Kemudian akan datang khilafah sesuai dengan jalan kenabian dalam waktu Allah menghendakinya. Kemudian Allah mengangkatnya apabila menghendakinya. Kemudian akan datang kerajaan yang menggigit dalam waktu yang Allah kehendaki. Kemudian Allah mengangkatnya apabila menghendakinya dan diganti dengan kerajaan yang memaksakan kehendaknya. Kemudian akan datang khilafah sesuai dengan jalan kenabian. Lalu Nabi SAW diam."

Menurut Hizbut Tahrir, hadits di atas telah membagi kekuasaan umat Islam pada empat fase. Yaitu pertama, fase kenabian yang dipimpin langsung oleh Rasulullah SAW. Kedua, fase khilafah yang sesuai dengan minhaj al-nubuwwah yang dipimpin oleh Khulafaur Rasyidin. Ketiga dan keempat, fase kerajaan yang menggigit dan kerajaan yang memaksakan kehendaknya kepada umat. Dan kelima, fase khilafah al-nubuwwah yang sedang dinanti-natikan oleh Hizbut Tahrir.

Sudah barang tentu asumsi Hizbut Tahrir bahwa hadits di atas memberikan bisyarah kepada mereka tentang kembalinya khilafah al-nubuwwah yang mereka nanti-nantikan, adalah tidak benar. Karena para ulama ahli hadits sejak generasi salaf yang saleh telah menegaskan bahwa yang dimaksud dengan bisyarah khilafah al-nubuwwah pada fase kelima dalam hadits di atas adalah khilafahnya Umar bin Abdul Aziz, penguasa ke delapan dalam dinasti Bani Umayah. Hal ini sebagaimana ditegaskan oleh perawi hadits tersebut Habib bin Salim yang berkata:

قَالَ حَبِيبٌ فَلَمَّا قَامَ عُمَرُ بْنُ عَبْدِ الْعَزِيزِ وَكَانَ يَزِيدُ بْنُ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ فِي صَحَابَتِهِ فَكَتَبْتُ إِلَيْهِ بِهَذَا الْحَدِيثِ أُذَكِّرُهُ إِيَّاهُ فَقُلْتُ لَهُ إِنِّي أَرْجُو أَنْ يَكُونَ أَمِيرُ الْمُؤْمِنِينَ يَعْنِي عُمَرَ بَعْدَ الْمُلْكِ الْعَاضِّ وَالْجَبْرِيَّةِ فَأُدْخِلَ كِتَابِي عَلَى عُمَرَ بْنِ عَبْدِ الْعَزِيزِ فَسُرَّ بِهِ وَأَعْجَبَهُ.
Habib bin Salim berkata: "Setelah Umar bin Abdul Aziz menjadi khalifah, sedangkan Yazid bin al-Nu'man bin Basyir menjadi sahabatnya, maka aku menulis hadits ini kepada Yazid. Aku ingin mengingatkannya tentang hadits ini [yang aku riwayatkan dari ayahnya]. Lalu aku berkata kepada Yazid dalam surat itu: "Sesungguhnya aku berharap, bahwa Amirul Mukminin Umar bin Abdul Aziz adalah khalifah yang mengikuti minhaj al-nubuwwah sesudah kerajaan yang menggingit dan memaksakan kehendak." Kemudian suratku mengenai hadits ini disampaikan kepada Umar bin Abdul Aziz, dan ternyata beliau merasa senang dan kagum dengan hadits ini."

Di antara ulama yang menyatakan bahwa maksud hadits di atas adalah Umar bin Abdul Aziz adalah al-Imam Ahmad bin Hanbal, Abu Bakar al-Bazzar, Abu Dawud al-Thayalisi, Abu Nu'aim al-Ashfihani, al-Hafizh al-Baihaqi, al-Hafizh Ibn Rajab al-Hanbali, al-Hafizh Jalaluddin al-Suyuthi, Syaikh Yusuf bin Isma'il al-Nabhani (kakek Taqiyyuddin al-Nabhani, pendiri Hizbut Tahrir) dan lain-lain. Di sisi lain, Hizbut Tahrir dalam menjustifikasi visi dan misi perjuangan mereka tentang tegaknya khilafah tunggal di muka bumi, terkadang juga berargumentasi dengan hadits-hadits yang membawa bisyarah (berita gembira) tentang kemenangan Islam di seluruh dunia, seperti dalam hadits berikut ini:

عَنْ مَسْعُودِ بْنِ قَبِيصَةَ يَقُولُ صَلَّى هَذَا الْحَيُّ مِنْ مُحَارِبٍ الصُّبْحَ فَلَمَّا صَلَّوْا قَالَ شَابٌّ مِنْهُمْ سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ J يَقُولُ إِنَّهُ سَيُفْتَحُ لَكُمْ مَشَارِقُ اْلأَرْضِ وَمَغَارِبُهَا وَإِنَّ عُمَّالَهَا فِي النَّارِ إِلاَّ مَنْ اتَّقَى اللهَ وَأَدَّى اْلأَمَانَةَ.
Mas'ud bin Qabishah berkata: "Marga Muharib ini menunaikan shalat shubuh. Setelah itu, seorang pemuda di antara mereka berkata: "Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya negeri-negeri Timur dan Barat di seluruh bumi ini akan ditaklukkan oleh kalian (umat Islam), dan sesungguhnya para pegawainya akan ke neraka kecuali orang yang takut kepada Allah dan menunaikan amanat."

Dalam hadits lain Rasulullah SAW juga bersabda:

عَنْ تَمِيمٍ الدَّارِيِّ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ J يَقُولُ لَيَبْلُغَنَّ هَذَا اْلأَمْرُ مَا بَلَغَ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَلاَ يَتْرُكُ اللهُ بَيْتَ مَدَرٍ وَلاَ وَبَرٍ إِلاَّ أَدْخَلَهُ اللهُ هَذَا الدِّينَ بِعِزِّ عَزِيزٍ أَوْ بِذُلِّ ذَلِيلٍ عِزًّا يُعِزُّ اللهُ بِهِ اْلإِسْلاَمَ وَذُلاًّ يُذِلُّ اللهُ بِهِ الْكُفْرَ.
Tamim al-Dari berkata: "Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: "Sungguh agama ini akan sampai ke negeri-negeri yang dicapai oleh waktu siang dan malam. Allah tidak akan membiarkan rumah di kota-kota dan di desa-desa kecuali akan dimasuki oleh agama ini, dengan kemuliaan orang yang mulia dan kehinaan yang hina. Kemuliaan dimana Allah memuliakan Islam dan kehinaan dimana Allah menghinakan kekufuran."

Hadits di atas dan hadits-hadits lain yang serupa menjadi bisyarah (kabar gembira) bagi umat Islam, bahwa mereka akan menaklukkan seluruh negeri di Barat dan Timur serta Islam akan tersebar dan menguasai seluruh dunia, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Menurut Hizbut Tahrir, bisyarah dalam hadits di atas tidak mungkin menjadi kenyataan kecuali melalui sistem pemerintahan khilafah, dimana kaum Muslimin berada di bawah satu komando seorang pemimpin yang bernama khalifah.

Memang hadits di atas menjadi bisyarah bagi umat Islam tentang masa depan agama mereka yang pasti akan lebih cerah dan meraih kejayaan menghadapi musuh-musuhnya, utamanya di era modern ini, dimana kaum Muslimin tengah mengalami kekalahan yang sangat tragis menghadapi imperialisme Barat yang memporak-porandakan persatuan umat Islam dan menghancurkan tatanan serta nilai-nilai budaya keislaman yang telah mengakar kuat lebih dari seribu tahun yang lalu. Namun asumsi Hizbut Harir bahwa bisyarah dalam hadits di atas dapat menjadi kenyataan apabila khilafah telah kembali direguk oleh kaum Muslimin, adalah asumsi belaka yang tidak memiliki dasar ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan. Karena hadits-hadits di atas, baik secara tersirat maupun secara tersurat, tidak mengisyaratkan bahwa bisyarah tersebut akan terjadi ketika khilafah telah kembali ke tangan kaum Muslimin. Disamping itu, kita juga mendapatkan sekian banyak bisyarah nabawiyyah yang terjadi tidak melalui tangan para khalifah, namun justru terjadi melalui tangan para ulama, orang-orang saleh dan para raja yang baik. Wallahu a'lam.


  1. عن نافع قال : قال لي عبدالله بن عمر سمعت رسول الله صلى الله عليه و سلم يقول ( من خلع يدا من طاعة لقي الله يوم القيامة لا حجة له ومن مات وليس في عنقه بيعة مات ميتة جاهلية )
Siapa saja yang melepaskan ketaatan (kepada seorang pemimpin), maka ia akan bertemu Allah Swt di hari kiamat tanpa membawa hujjah. Siapa saja yang mati sementara di pundaknya tidak ada bai’at, maka ia telah mati (seperti) dalam keadaan jahiliyah”[28]

Melalui hadis ini, Rasulullah Saw mewajibkan kepada kaum muslimin agar di pundaknya terdapat bai’at. Sementara itu, setelah beliau wafat, bai’at tidak dilakukan, kecuali kepada seorang khalifah. Dengan kata lain, Rasulullah memerintahkan agar di tengah-tengah kaum muslimin, senantiasa ada seorang khalifah yang dibai’at oleh mereka. Perintah ini bersifat tegas, karena disertai dengan indikasi tegas (qarinah jazimah), yakni pernyataan Rasulullah bahwa orang yang di atas pundaknya tidak terdapat bai’at seperti mati dalam keadaan jahiliyah. Dalam kaidah ilmu ushul, sebuah perintah bila dikaitkan dengan keimanan, menunjukkan bahwa perintah itu bersifat tegas. Oleh Sebab itu, berdasarkan hadis ini, mengangkat khalifah yang akan menerapkah hukum-hukum Allah Swt, hukumnya wajib, sebab hanya dengannya lah di pundak kaum muslimin terdapat bai’at[29]

  1. عن ثوبان رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم “ إن الله زَوَى لي الأرضَ فرأيتُ مشارقَها ومغاربَها وإن أمتي سيبلغُ مُلكُها ما زُوِي لي منها… “ رواه مسلم وأحمد وأبو داود والترمذي
”Sesungguhnya Allah swt telah mengumpulkan (dan menyerahkan) bumi kepadaku, sehingga aku bisa menyaksikan timur dan baratnya. Sesungguhnya umatku, kekuasaannya akan mencapai apa yang telah dikumpulkan dan diserahkan kepadaku”.(HR. Imam Muslim, Tirmidziy, dan Abu Dawud)
Al-‘Allamah as-Syaikh al-Mubarakfuri, dalam Tuhfatul Ahwadziy, menyatakan:
”..Maknanya adalah, sesungguhnya bumi telah dikumpulkan dan diserahkan kepadaku seluruhnya secara serentak, sehingga aku bisa menyaksikan timur dan baratnya. Kemudian, bumi akan ditaklukkan untuk umatku bagian demi bagian, hingga kekuasaan umatku meliputi seluruh bagian muka bumi”[30]
Sementara itu, kita menyaksikan saat ini, kekuasaan kaum muslimin belum meliputi seluruh bumi ini, seperti yang dinyatakan baginda Rasulullah Saw. Bahkan kekuasaan mereka saat ini dalam keadaan terampas. Maka, hadis ini menjadi bisyarah (kabar gembira) bahwa di masa yang akan datang akan kembali tegak kekhilafahan Islam yang akan mengembalikan kekuasaan itu sekaligus melakukan futuhat ke seluruh dunia.
Senada dengan hadits di atas, Imam Ahmad juga menuturkan sebuah hadits dari Tamim al-Daariy bahwasanya beliau mendengar Rasulullah saw bersabda:
عَنْ تَمِيمٍ الدَّارِيِّ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: لَيَبْلُغَنَّ هَذَا الْأَمْرُ مَا بَلَغَ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَلَا يَتْرُكُ اللَّهُ بَيْتَ مَدَرٍ وَلَا وَبَرٍ إِلَّا أَدْخَلَهُ اللَّهُ هَذَا الدِّينَ بِعِزِّ عَزِيزٍ أَوْ بِذُلِّ ذَلِيلٍ عِزًّا يُعِزُّ اللَّهُ بِهِ الْإِسْلَامَ وَذُلًّا يُذِلُّ اللَّهُ بِهِ الْكُفْرَ“ وَكَانَ تَمِيمٌ الدَّارِيُّ يَقُولُ قَدْ عَرَفْتُ ذَلِكَ فِي أَهْلِ بَيْتِي لَقَدْ أَصَابَ مَنْ أَسْلَمَ مِنْهُمْ الْخَيْرُ وَالشَّرَفُ وَالْعِزُّ وَلَقَدْ أَصَابَ مَنْ كَانَ مِنْهُمْ كَافِرًا الذُّلُّ وَالصَّغَارُ وَالْجِزْيَةُ
“Urusan (agama) ini akan mencapai apa yang malam dan siang mencapainya. Dan Allah swt tidak membiarkan Bait al-Madar dan Bait al-Wabar, kecuali Allah akan memasukkannya ke dalam agama ini, dengan kemuliaan, atau dengan kehinaan. Kemuliaan, yang Allah akan memuliakannya dengan Islam, dan kehinaan, yang Allah akan menghinakannya dengan kekufuran”. Tamim al-Daariy berkata, “Saya melihat itu pada penduduk negeriku. Sungguh, sebagian orang yang masuk Islam mendapatkan kebaikan, kehormatan, dan kemuliaan. Sedangkan sebagian orang yang kafir, mereka mendapatkan kehinaan, kekerdilan, dan wajib membayar jizyah”.[HR. Imam Ahmad, dalam Musnah Imam Ahmad]
  1. عن ابن عمر رضي الله عنه قال: سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول “ إذا تبايعتم بالعِينة وأخذتم أذنابَ البقر، ورضيتم بالزرعِ وتركتم الجهادَ، سلَّط الله عليكم ذُلاً لا ينزعه حتى ترجعوا إلى دينكم “ رواه أبو داود
Dari Ibnu ‘Umar r.a., dia berkata: “Aku pernah mendengar Rasulullah saw bersabda”: Apabila kamu sekalian berjual-beli dengan cara ‘inah, (hanya) mengambil ekor-ekor sapi (sibuk mengurus ternak peliharaan), senang dengan tanaman (puas dengan hasil panen) dan (seraya, karena kesibukan duniawi) meninggalkan jihad (tugas keagamaan dalam rangka menegakkan agama Allah), niscaya Allah akan menjadikan kehinaan menguasaimu, dan tidak akan pernah mencabutnya (kehinaan) hingga kamu sekalian kembali kepada agamamu. (HR Abu Dawud)
Lafadz “hatta ta’udu ilaa diiniku” (hingga kamu sekalian kembali kepada agamamu), maksudnya, hingga kalian kembali berhukum dengan hukum-hukum Allah Swt, setelah sebelumnya kalian tinggalkan. Dengan kata lain, hadis ini merupakan bisyarah bahwa umat ini akan kembali menerapkan hukum-hukum Allah Swt.
  1. عن أبي قبيل قال: كنا عند عبد الله بن عمرو بن العاص رضي الله عنه وسُئل أيُّ المدينتين تُفتَح أولاً القسطنطينية أو رومية. فدعا عبد الله بصندوق له حلقٌ فأخرج منه كتاباً قال، فقال عبد الله “ بينما نحن حول رسول الله صلى الله عليه وسلم نكتب إذ سُئل رسول الله صلى الله عليه وسلم أيُّ المدينتين تُفتح أولاً أقسطنطينية أو رومية، فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: مدينة هرقل تفتح أولا _ يعني القسطنطينية “ رواه أحمد.
Dari Abu Qubail berkata: Ketika kita sedang bersama Abdullah bin Amr bin al-Ash, dia ditanya: Kota manakah yang akan dibuka terlebih dahulu; Konstantinopel atau Rumiyah? Abdullah meminta kotak dengan lingkaran-lingkaran miliknya. Kemudian dia mengeluarkan kitab. Abdullah berkata: Ketika kita sedang menulis di sekitar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, beliau ditanya: Dua kota ini manakah yang dibuka lebih dulu: Konstantinopel atau Rumiyah? Rasul menjawab, “Kota Heraklius dibuka lebih dahulu.” Yaitu: Konstantinopel. (HR. Ahmad, ad-Darimi, Ibnu Abi Syaibah dan al-Hakim)
Sabda Rasulullah bahwa Konstantinopel akan ditaklukkan lebih awal, menunjukkan bahwa kota Roma pun yang terletak di Italia saat ini, akan ditaklukkan oleh kaum muslimin, meski bukan yang pertama. Hal ini, sulit dibayangkan bisa terjadi, kecuali setelah berdirinya kembali Khilafah Islam yang melanjutkan kembali futuhat ke seluruh penjuru dunia. Dengan kata lain, hadis ini merupakan kabar gembira berdirinya kembali Khilafah di masa yang akan datang.
Hadits-hadits yang dikemukakan di atas, hanyalah sebagian hadits yang membahas tentang khilafah. Amatlah jelas, bahwa persoalan khilafah merupakan perkara yang terang benderang dibahas dan dinyatakan dalam hadits. Oleh sebab itu, pantaslah bila para fuqaha memandang masalah ini sebagai perkara yang telah maklumun min ad-dîn bi ad-dhorûroh. Sebaliknya, sungguh aneh bila ada yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw tidak pernah mendirikan negara atau tidak membahasnya. Sebagaimana sangat aneh bila ada yang menyatakan bahwa tidak ada kata khilafah dalam nash, yang ada adalah kata kholifah yang artinya pemimpin, kemudian berkesimpulan bahwa kaum muslimin tidak wajib menegakan khilafah jika mereka telah memiliki pemimpin. Padahal seandainya kata khilafah itu tidak ada dalam nash, tidak berarti pula bahwa khilafah menjadi tidak wajib. Sebab, sebuah istilah memang tidak harus selalu berdasarkan nash. Alhasil, penolakan terhadap khilafah adalah penolakan terhadap hukum Allah SWT dan pengingkaran pada sabda-sabda Rasul-Nya yang tidak mungkin dilakukan kecuali karena jahl (ketidaktahuan) atau mukabarah (kesombongan dan kelancangan).
Memang hadits-hadits yang dikemukakan di atas, tidak secara terperinci menjelaskan konsep khilafah, sebab ia hanya sebagian hadis saja yang berkaitan dengan khilafah, namun secara khusus berkaitan dengan lafadz-lafadz hadits yang memuat Istilah khilafah atau yang semakna dengannya, sekaligus menunjukkan bahwa menegakan khilafah adalah sebuah kewajiban dan berdirinya khilafah di masa yang akan datang merupakan perkara yang dijanjikan bagi kaum muslimin. Selebihnya, para fuqaha qadîman wa hadîsan telah membahasnya secara terperinci dalam kitab-kitab mereka. Wallahu A’lam


0 komentar:

Posting Komentar