A.
Definisi dan contoh
belajar
Belajar
adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental
dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti, bahwa
hasil belajar atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung
pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika ia berada di sekolah maupun
di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri. Sebagian orang beranggapan bahwa
belajar adalah semata-mata mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang
tersaji dalam bentuk informasi/materi pelajaran. Ada pula sebagian orang yang
memandang belajar sebagai latihan belaka seperti yang tampak pada latihan membaca
dan menulis.
Berdasarkan
persepsi semacam ini, biasanya mereka akan merasa cukup puas bila anak-anak
mereka telah mampu memperlihatkan keterampilan jasmaniah tertentu walaupun
tanpa pengetahuan mengenai arti, hakikat, dan tujuan ketarampilan tersebut.
Untuk menghindari ketidaklengkapan persepsi tersebut, berikut ini akan
disajikan definisi dari para ahli disertai komentar dan interpretasi seperlunya.
Skinner,
seperti yang dikutip barlow (1985) dalam bukunya Educational psychology: The
teaching-Leaching Process, berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses
adaptasi (penyesuaian tingkah laku) yang ber;angsung secara progresif. Pendapat
ini diun gkapkan dalam pernyataan ringkasnya, bahwa belajar adalah “.... a
process of progressive behavior adaptation” . berdasarkan eksperimennya, B F
Skinner percaya bahwa proses adaptasi tersebut akan mendatangkan hasil yang
optimal apabila ia diberi penguat (reinforcer).
Skinner,
seperti juga Pavlov dan Guthrie, adalah seorang pakar teori belajar berdasarkan
proses conditioning yang pada prinsipnya memperkuat dugaan bahwa timbulnya
tingkah laku itu lantaran adanya hubungan antara stimulus (rangsangan) dengan
respons. Namun, patut dicatat bahwa definisi yang bersifat bervioristik ini
dibuat berdasarkan hasil eksperimen dengan menggunakan hewan, sehingga tidak
sedikit pakar yang menentangnya.
Chaplin
(1972) dalam Dictionary of Psichology membatasi belajar dengan dua macam
rumusan. Rumusan pertama berbunyi: “... acquisition of any relatively permanent
change in behavior as a result of practice and experience” (be;ajar adalah
perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latohan
dan pengalaman). Rumusan keduanya berbunyi: process of acquiring responses as a
result of special practice ( belajar ialah proses memperoleh respons-respons
sebagai akibat adanya latihan khusus).
Hintzman
(1978) dalam bukunya The Psichology of Learning and Memory berpendapat bahwa “
Learning is a change in organisdue to experience which can affect the
organism’s behavior” (belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri
organisme manusia atau hewan, disebabkan oleh pengalaman yang mempengaruhi
tingkah laku organisme tersebut). Jadi, dalam pandangan hintzman, perubahaan
yang ditimbulkan oleh pengalaman tersebut baru dapat dikatakan belajar apabila
mempengaruhi organisme.
Proses
dan tahapan belajar
B. Definisi
proses belajar
Proses
adalah kata yang berasal dari bahasa latin “processus” yang berarti berjalan
kedepan. Kata ini memiliki konotasi urutan langkah atau kemajuan yang mengarah
pada suatu sasaran atau tujuan. Menurut chaplin (1972), proses adalah Any
change in any object or orghanism, particularly a behavioral or psychological
change (proses adalah suatu perubahan khususnya yang menyangkut perubahan
tingkah laku atau perubahan kejiwaan).
Tahap-tahap
dalam proses belajar
Menurut
Jerome S Bruner
Menurut
Bruner, salah Seorang penentang teori S-R Bond yang terbilang vokla ( Brlow,
1985), dalam proses belajar siswa menempuh tiga eposode / tahap yaitu:
1) Tahap
informasi ( tahap penerimaan materi)
2) Tahap
transformasi ( tahap pengubahan materi)
3) Tahap
evaluasi (tahap penilaian materi)
Dalam
tahap informasi, seorang siswa yang sdang belajar memperoleh sejumlah
keterangan mengenai materi yang sedang dipelajari. Dalam tahap transformasi,
informasi yang telah diperoleh itu dianalisis, diubah, atau ditransformasikan
menjadi bentuk yang abstrak atau konseptual supaya kelak pada gilirannnya dpat
dimanfaatkan bagi hal-hal yang lebih luas.
Menurut
Arno F. Wittig
Menurut
wittig (1981) dalam bukunya psiuchology of learning , setiap proses belajar
berlangsung secra tiga tahapan:
1) Acquistion
( tahap perolehan/ [penerimaan infomasi)
2) Storage
( tahap penyimpanan informasi)
3) Retrieval
( tahap kembali mendapatkan informasi)
Pada
tingkatan acquisition seorang siswa mulai menerima informasi sebagai stimulus
dan melakukan respons terhadapnya, sehingga menimbulkan pemahaman dan prilaku
baru. Pada tahap ini terjadi pula asimilasi antara pemahaman dengan prilaku
baru dalam keseluruhan prilakunya. Proses acquissition dalam belajar merupakan
tahapan yang paling mendasar. Kegagalan dalam tahapan ini akan mengakibatkan
kegagalan pada tahap berikutnya.
Pada
tingkatan storage seorang siswa secara otomatis akan mengalami proses
penyimpanan pemahaman dan perilaku baru yang ia peroleh ketika menjalani proses
acquisition. Peristiwa ini sudah tentu melibatkan fungsi short term dan long
term memori. Mengenai bagaimana proses kerja dan hubungan antara kedua memori
ini telah penyusun paparkan dalam subbab c belajar, memori, dan pengetahuan
dalam perspektif psikologi dan agama.
Pada
tingkatan retrival seorang siswa akan mengaktifkan kembali fungsi-fungsi sistem
memorinya., misalknya ketika ia menjawab pertanyaan dan memecahkan masalah.
Proses retrieval pada dasarnya adalah upaya atau peristiwa mental dalam
mengungkapkan dan memproduksi kembali apa-apa yang telah tersimpan dalam memori
berupa informasi, simbol, pemahaman, dan perilaku tertentu sebagai respons atau
stimulus yang sedang dihadapi.
Menurut
Albert Bandura
Menurut
Bandura (1977) , seorang behavioris moderat penemu teori social learning
observational learning, setiap proses belajar ( yang dalam hal ini terutama
belajar sosial menggunakan model) terjadi dalam urutan tahapan peristiwa yang
meliputi:
1) Tahap
perhatian ( attentional phase)
2) Tahap
penyimpanan dalam ingatan (retentions phase)
3) Tahap
reproduksi ( reproduction phase)
4) Tahap
motivasi (motivation phase)
Tahap
perhatian. Pada tahap pertama ini para siswa/ para peserta dididk pada umumnya
memusatkan perhatian pada objek materi atau perilaku model yang lebih menarik
terutama karena keunikannya dibanding dengan materi atau perilaku lain yang
sebelumnya telah mereka kerahui.
Tahap
penyimpanan dan ingatan. Pada tahap berikutnya informasi berupa materi dan
contoh perilaku model itu ditangkap, diproses dan disimpan dalam memori. Tahap reproduksi. Pada tahap reproduksi segala
bayangan/ citra mental (imagery) atau kode-kode simbolis yang berisi informasi
pengetahuan dan perilaku yang telah tersimpan dalam memori para peserta didik
itu diproduksi kembali.
Tahap
motivasi. Tahap terakhir dalam proses terjadinya peristiwa atau perilaku
belajar adalah tahap penerimaan dorongan yang dpaat berfungsi sebagai
reinforcement, ‘penguatan’ bersemmayamnya segala informasi dalam memori para
peserta didik.
C. Unsur-unsur
tentang belajar
Menurut
Gagne (dalam Catharina Tri Ani, 2006:4) unsur-unsur yang saling berkaitan
sehingga menghasilkan perubahan perilaku yakni :
a. Pembelajar
Pembelajar
dapat berupa peserta didik, pembelajar, warga belajar, dan peserta latihan.
Pembelajar memiliki organ pengindraan yang digunakan unutk menangkap rangsangan
otak yang digunakan untuk mentransformasikan hasil pengindraannya ke dalam
memori yang kompleks dan syaraf atau otot yang digunakan untuk menampilkan kinerja yang menunjukkan apa yang
telah dipelajari.
b. Rangsangan/stimulus
Peristiwa
yang merangsang pengindraan pembelajar disebut situasi stimulus. Contoh dari
stimulus tersebut adalah sinar, suara, warna, panas, dingin, dll. Agar
pembelajar mampu belajar optimal maka harus memfokuskan pada stimulus tertentu
yang diminati.
c. Memori
Memori
pembelajar berisi berbagai kemampuan yang berupa pengetahuan, keterampilan dan
sikap yang dihasilkan dari aktivitas belajar sebelumnya.
d. Respon
Respon
merupakan tindakan yang dihasilkan dari aktualisasi memori. Pembelajar yang
sedang mengamati stimulus, maka memori yang ada didalam dirinya kemudian
memberikan respon terhadap stimulus tersebut.
D. Beberapa
perbuatan yang dapat disebut belajar
Menurut Hamalik (2004:27), “Perbuatan belajar
adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is
defined as the modification or strengthening of behavior through experiencing).”
Menurut pengertian ini, perbuatan belajar merupakan suatu proses, suatu
kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan
tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu
penguasaan hasil latihan melainkan perubahan kelakuan.
Pendapat yang senada juga dikemukakan oleh Hakim (2000:1) yaitu: “perbuatan
belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan
perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas
tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan,
keterampilan, daya pikir, dan lain-lain kemampuan.” Sedangkan menurut pendapat
Djamarah (2000:10), perbuatan belajar adalah suatu kegiatan yang kita lakukan
untuk memperoleh sejumlah ilmu pengetahuan.
E. Karakteristik,
manifestasi, dan ragam belajar
Meskipun
secaea teretis belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku, namun
tidak semua perubahan tingkah laku organisme dapat dianggap belajar. Perubahan
yang timbul karena proses belajar sudah tentu memiliki ciri-ciri perwujudan
yang khas.
KARAKTERISTIK
PERUBAHAN HASIL BELAJAR
Setiap
perilaku belajar selalu ditandai oleh ciri-ciri perubahan yang spesifik. Di
antara ciri-ciri perubahan khas yang menjadi karakteristik perilaku yang
terpenting adalaah :
1) Perubahan
itu intensional
2) Perubahan
itu positif dan aktif
3) Perubahan
itu efektif dan fungsional
Perubahan
intensional
Perubahan
yang terjadi dalam proses belajar adalah berkat pengalaman atau praktek yang
dilakukan dengan sengaja dan disadari atau dengan kata lain bukan kebetulan.
Karakteristik ini mengandung konotasi bahwa siswa menyadari akan adanya
perubahan yang dialami atau sekurang-kurangnya ia merasakan adanya perubahan
dalam dirinya., seperti penambahan, pengetahuan, kebiasaan, sikap, ,kebiasaan,
dan pandangan tertentu serta keterampilan.
Namun
demikian, perlu pula dicatat bahwa kesengajaan belajar itu, menurut Anderson
(1990) tidak penting, yang penting cara mengelola info0rmasi yang diterima
siswa pada waktu peristiwa terjadi. Di samping itu, kenyataan sehari-hari juga
menunjukkan bahwa tidak semua kecakapan yang kita oleh merupakan hasil kesengajaaan
belajar yang kita sadari.
Perubahan
positif aktif
Perubahan
yang terjadi karena proses belajar bersifat positif dan aktif. Positif artinya
baik, bermanfaat, serta sesuai dengan harapan. Hal ini juga bermakna bahwa
perubahan tersebut senantiasa merupakan penambahan, yakni diperolehnya sesuatu
yang baru ( seperti pemahaman dan keterampilan baru) yaang lebih baik dari pada
apa yang ada sebelumnya. adapun perubahan artif yang artinya tidak terjadi
dengan sendirinya seperti karen proses kematangan ( misalnya, bagi yang bisa
merangkak setelah bisa duduk), tetapi karena usaha siswa itu sendiri.
Perubahan
Efektif Fungsional
Perubahan
yang timbul karena proses belajar bersifat efektif, yakni berhasil guna.
Artinya, perubahan tersebut membawa pengaruh, makna, dan manfaat tertentu bagi
siwa. Selain itu, perubahan dalam proses belajar fungsiponal dalam arti bahwa
ia relatif menetap dan setiap saat apabila dibutuhkan, perubahan tersebut dapat
diproduksi dan dimanfaatkan. Perubahan fungsionala dapat diharapkan memeberi
manfaat yang luas misalnya ketika siswa menempuh ujian dan menyesuaikan diri
dengan lingkungan kehidupan sehari-hari dalam mempertahankan kelangsungan
hidupnya.
Selain
itu, perubahan yang efektif dan fungsional biasanya bersifat dinamis dan mendorong
timbulnya perubahan-perubahan positof lainnya. sebagai contoh, jika seorang
siswa belajarmenulis, maka di samping itu akan mampu merangkaikan kata dan
kalimat dalam bentuk tulisan, ia juga akan memperoleh kecakapan lainnya seperti
membuat catatan , merangkai surat, dan bahkan menyusun karya sastra atau
ilmiah.
Manifestasi
Perilaku Belaajar
Manifestasi
atau perwujudan perilaku belajar biasanya lebih sering tampak dalam
perubahan-perubahan yakni kebiasaan, keterampilan, pengamatan, berpikir
asosiatif dan daya ingat, berpikir rasional dan kritis, sikap, inhibisi,
apresiasi, tingkah laku afektif. Mengenai timbulnya sikap dan kesanggupan yang
konstruktif, juga berpikir kritis dan kreatif.
A. Manifestasi
kebiasaan
Menurut
Burghardt (1973), jkebiasaan itu timbul karena proses penyusunan kecenderungan
respons dengan menggunakan stimuasi yang berulang-ulang. Dalam proses belajar,
pembiasaan juga meliputi pengurangan perilaku yang tidak diperlukan. Karena
proses penyusunan / pengurangan inilah, muncul suatu pola bertingkah laku baru
yang relatif menetap bdan otomatis.
Kebiasaan
terjadi karena prosesdur pembiasaan seperti dalam classical dan operant
contioning.
B. Manifestasi
keterampilan
Keterampilan
ialah kegiatan yang berhubungan dengan urat-urat saraf dan otot-otot (neorumuscular)
yang lazimnya tampak dlaam kegiatan jasmaniyah seperti menulis, mengetik,
olahraga dan lainnya. menurut Reber (1988) , keterampilan adalah kemampuan
melakukan pola-pola tingkah laku yang kompleks dan tersusun rapi secara mulus
dan sesuai dnegan keadaan untuk mencaapai hasil tertentu. Keterampilan bukan
hanya meliputi gerakan motori melainkan juga pengejawantahan fungsi mental yang
bersifat kognitif. Konotasinya pun luas sehingga sampai oada mempengaruhi atau
mendayagunakan orang lain. Artinya, orang yamng mampu mendayagunakan orang lain
secara tepat dianggap sebagai orang yang terampil,.
C. Manifestasi
pengamatan
Pengamatan
artinya proses menerima, menafsirkan dan memberi arti rangsangan yang masuk
melalui indra-indra seperti mata dan telinga. Berkat pengalaman belajar
seporang siswa akan mampu mencapai pengamatan yang benar obyektif sebelum
mencapai pengertian. Pengamatan yang salah akan mengakibatkan timbulnya yang
salah pula.
D. Manisfestasi
berpikir asosiatif dan daya ingaat
Secra
sederhana, asosiatif adaalah berpikir dengan cara mengasosiasikan sesuatu
lainnya. berpikir asosiatif itu merupakan proses pembentukan hubungan antara
rangsangan dengan respons. Dalam hal ini, kemampuan siswa untuk melakukan
hubungan asosiatif yang benar amat dipen garuhi oleh tingkat pengertian atau pengetahuan yang diperoleh hasil
belajar.
Daya
ingat pun merupakan perwujudan belajar, sebab merupakan unsur pokok dlaam
berpikir asosiatif. Jadi, siswa yang telah mengalami proses belajar akan
ditandai dengan bertambahnya simpanan materi (pengetahuan dan pengertian) dalam
memori, secara meningkatnya kemampuan menghubungkan materi tersebut dengan
situasi dan stimulus yang sedang ia hadapi.
E. Manifestasi
berpikir rasional dan kritis
Berpikir
rasional dan kritis adalah perwujuadan perilaku belajar terutama yang bertalian
dengan pemecahan masalah. Pada umumnya siswa yang berpikir rasional akan
menggunakan prinsip dan dasar-dasar pengerti9an dalam menjawab pertanyaan
bagaimana dan mengapa. Dalam berpikir rasional siswadituntut menggunakan logika
atau akal sehat unruk menentukan sebab akibat, menganalisis, menarik
kesimpulan-kesimpulan dan bahkan juga menciptakan hukum-hukum kaida teoretos
dan ramalan-ramalah. Dalam hal berpikir kritis, siswa dituntut menggunakan strategi
kognitif yang tepat untuk menguji keandalan gagasan pemecahan maslaah dan
mengatasi kesalahan atau kekurangan ( Reber, 1988).
F. Manifestasi
sikap
Dalam
arti yang sempit adalah pandangan atau kecenderungan mental. Menurut brono
(1987) sikap ( attitude) adalah kecemderunagan yang relatif menetap untuk
beraksi dengan cara baik atau buruk terhadap orang atau barang tertentu. Dengan
demikian, pada prinsipnya sikap itu dapat kita anggap suatu kecenderunagan
siswa untuk bertindak dengan cara tertentu. Dalam hal ini, perwujudan perilaku
beljar siswa akan ditandai dengan munculnya kecenderungan-kecenderungan baru
yang telah berubah lebih maju dan lugas terhadap suatu obyek, tata nilai, dan
peristiwa.
G. Manifestasi
inhibisi
Secara
ringkas, inhibisi adalah upaya pengurangan atau pencegahan timbulnya suatu
respons tertentu karena adanya proses respons lain yang sedanga= berlangsung
(Reber 1988) dalam hal ini, belajar yang dimaksud ialah kesanggupan siswa untuk
mengurangi dan menghentikan tindakan yang tidak perlu, lalu memilih tindakan
lainnya yang lebih baik ketika ia berinteraksi dengan lingkungan.
Kemampuan
siswa dalam melakukan inhibisi pada umumnya diperoleh lewat proses belajar.
Oleh sebanb itu, makna dan perujudan perilaku belajar siswa akan tampak dalam melakukan
inhibisi ini.
H. Manifestasi
apresiasi
Pada
dasarnya, apresiasi berarti suatu pertimbangan (judgment) mengenai arti penting
atau nilao sesuatu (chaplin 1982). Dalam penerapannya apresiasi sering
diartikan sebagai penghargaan dan penilaian terhadap benda-benda baik abstrak
maupun konkret yang memiliki nilai luhur. Apresiasi ialah gejala ranah efektif
yang pada umumnya ditujuakan pada karya-karya seni budaya seperti seni, sastra,
seni musik, seni lukjis, drama, dan lainnya.Tingkat apresiasi seorang siswa
terhadap niali sebuah karya sangat berpengaruh pada tingkat pengalamana
belajarnya.
I. Manifestasi
tingkah laku afektif
Tingkah
laku afektif adalah tingkah laku yang menyangkut keanekaragaman perasaan
seperti takut, marah, sedih, gembira, kecewa, senang. Benci, dan was-was. Tingkah
laku seperti ini, tidak pernah lepas dari pengaruh pengalaman belajar. Oleh
karenanya, ia juga dapat dianggap sebagai perwujudan perilaku belajar.
F. Ragam
hasil belajar
Belajar adalah suatu
proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku
baru yang secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya.
Dari pengertian di atas
tampak, bahwa salah satu ciri perbuatan belajar adalah tercapainya perubahan perilaku
baru. Perlu diingat, sebagaimana telah dikemukakan di atas, tidak semua
perubahan perilaku itu hasil belajar, demikian pula tidak semua pengalaman
individu merupakan proses belajar. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar
ciri-cirinya seperti telah disebutkan sebelumnya adalah:
- perubahan yang disadari,
- perubahan yang bersifat kontinu dan
fungsional,
- perubahan yang bersifat positif dan aktif,
- perubahan yang bersifat relatif permanen
dan bukan bersifat temporer, dan bukan karena proses kematangan, pertumbuhan
atau perkembangan,
- hasil belajar ditandai dengan perubahan
seluruh aspek pribadi,
- belajar merupakan proses yang disengaja,
- belajar terjadi karena ada dorongan dan
tujuan yang ingin dicapai, dan
- belajar merupakan suatu bentuk pengalaman
yang dibentuk secara sengaja sistematis dan terarah.
Perilaku belajar yang
terjadi pada para peserta didik dapat dikenal baik dalam proses maupun
hasilnya. Proses belajar dapat terjadi apabila individu merasakan adanya
kebutuhan dalam dirinya yang tidak dapat dipenuhi dengan cara-cara yang refleks
atau kebiasaan. Ia ditantang untuk mengubah perilaku yang ada agar dapat
mencapai tujuan.
G. Faktor-faktor
yang mempengaruhi belajar
Secara
global faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi
tiga macam yakni:
1
Faktor internal yakni:
keadaan / kondisi jasmani dan rohani siswa
2
Faktor eksternal yakni:
kondisi lingkungan di sekitar siswa
3
Faktor pendekatan
belajar yakni: jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi yang digunakan
ssiswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.
Dalam
hal ini, seorang guuru yang kompeten dan profesional diharapkan mampu
mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan meunculnya kelompok siswa yang
menunjukkan gejala kegagalan dengan berusaha mengetahui dan mengatasi faktor
yang menghambat proses belajar mereka.
1. Faktor
internal siswa
Faktor
yang berasal dari dalam diri siswa sendiri mrliputi dua aspek, yakni aspek fisiologis yang
bersifat jasmaniyah dan aspek psikologis yang bersifat rohaniah.
a. Aspek
fisiologis
Kondisi
umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran
organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan
intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ-organ siswa, sperti
tingkat kesehatan indera pendengar dan indera penglihatan, juga sangat mempengaruhi
kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan, khususnya yang
disajikan di kelas.
b. Aspek
psikologis
Faktor-faktor
rohaniah siswa yang pada umumnya dipandang lebih esensial itu sebagai berikut
yakni tingkat kecerdasan/ inteligensi siswa, sikap siswa., bakat siswa, minat
siswa dan motivasi siswa.
Inteligensi
siswa
Intelogensi
diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau
menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara tepat (reber 1988). Tingkat
kecerdasan atau inteligensi siswa tak
dapat diragukan lgi, snaagt menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Ini
bermakna, semakin tinggi kemampuan inteligensi seorang siswa maka semakin besar
peluangnya meraih sukses. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan inteligensi seorang
siswa maka semakin kecil peluangnya meraih sukses.
Sikap
siswa
Sikap
adalah gejala yang berdimensi afekrif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau
merespons dengn cara yang relatif tetap terhadap objek orang, dan barang, baik
secara positif maupun negatif.
Bakat
siswa
Bakat
adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan
yang akan datang (chaplin 1972), Reber, 1988). Bakat juga diartikan sebagai
kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak bergantung pada
upaya pendidikan dan latihan.
Minat
siswa
Secara
sederhana, minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau
keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber 1988, minat tidak termasuk
istilah populer dakalam psikologi karena ketergantungannya yang banyak pada
faktor-faktor internal lainnya seperti pemusatan perhatian, keingintahuan,
motivasi dan kebutuhan.
Motivasi
siswa
Motivasi
ialah keadaan internal organisme baik manusia ataupun hewan yang mndorongnya
untuk berbuat sesuatu. Dalam perkembangan selanjutnya motivasi dibedakan
menjadi dua macam yakni motivasu intrinsik merupakan hal dan keadaan yang
berasal dari siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar.
Sedangkan motivasi ekstrinsil ialah hal dan keadaan yang datang dari luar
individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar.
Dalam
perspektif psikologi kognitif, motivasi yang lebih signifikan bagi siswa adalah
motivasi instrinsik karena lebih murni dan langgeng serta tidak bergantung pada
dorongan atau pengaruh orang lain.
2. Faktor
eksternal siswa
Faktor
eksternal siswa dibagi menjadi dua macam yakni faktor lingkungan sosial dan
faktor lingkungan non sosial.
Lingkungan
sosial
Lingkungan
sosial sekolah seperti para gury, para staf administrasi dan teman-teman
sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar siswa. Selain itu, terhadap
masyarakat dan tetangga juga teman-teman sepermainan di sekitar perkampungan
siswa tersebut. Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan
belajar ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat-sifat orang trua
dan keluarga, ketegangan keluarga, dan demografi keluarga, semuanya dpat
memeberi dampak baik ataupun buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang
dicapai oleh siswa.
Lingkungan
non sosial
Faktor
yang termasuk lingkungan nonsosial ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah
tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, lat-alat belajar, keadaan cuaca dan
waktu belajar yang digunakan siswa.
3. Faktor
pendekatan belajar
Pendekatan
belajar diartikan sebagai segala cara atau strategi yang digunakan siswa dalam
menunjang keefektifan dan efesiensi poroses pembelajaran materi tertentu.
Strategi dalam hal ini, berarti seperangkat langkah operasional yang direkayasa
sedemikian rupa untuk memecahkan amsalah atau mencapai tujuan belajar tertentu
(Lawson 1991).
Beberapa
hasil eksperimen tentang proses belajar
Metode
eksperimen adalah metode pengajaran dimana guru dengan murid bersama-sama
mengerjakan sesuatu sebagai latihan praktis dari apa yang diketahui. Berikut adalah
beberapa hasil dari metode dalam proses belajar mengajar :
a. Dengan
metode ini anak-anak dapat menghayati dengan sepenuh hatinya mengenai pelajaran
yang diberikan.
b. Memberikan
pengalaman praktis yang dapat membentuk perasaan dan kemauan anak.
c. Perhatian
anak akan terpusat kepada apa yang dieksperimenkan.
d. Dengan
metode ini sekaligus masalah-masalah yang mungkin timbul dalam hati anak-anak
dapat langsung terjawab.
e. Akan
mengurangi kesalahan dalam mengambil kesimpulan, karena anak mengamati langsung
terhadap suatu proses.
Hamalik, Oemar. 2004. Proses
Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara.